Halaman

Senin, 30 Desember 2013

Festival Hanabi



花火

Festival ini diramaikan dengan pedagang-pedagang yang berderet di sepanjang jalan yang diterangi ratusan chuochin (lampion). Para pedagang tersebut menjual berbagai macam mainan, omen (topeng), furin (klintingan), penganan seperti wataame (permen kapas) dan kakigori (es serut) atau makanan semacam takayoki (gurita bakar), yakitori (sate ayam), okonomiyaki (sejenis martabak telur yang diisi sesuka kita), yakitomorokoshi (jagung bakar), dll.
Selain itu, festival juga diramaikan dengan berbagai permainan tradisional. Di antaranya, yang paling popular adalah kingyo sukui (menangkap ikan mas). Namun, musim panas tisak terasa lengkap tanpa adanya hanabi taikai (festival kembang api).

Hanabi taikai adalah pamandangan yang khas ketika malam hari di musim panas. Tiap tahun, antara bulan Juli dan Agustus, festival hanabi diselenggarakan di tiap-tiap daerah di seluruh Jepang.
Untuk wilayah Tokyo saja, tiap tahun dijadwalkan kurang lebih 80 pertunjukan hanabi. Biasanya, pertunjukan ini didanai oleh perusahaan-perusahaan, pemerintah daerah setempat bahkan perorangan. Ketika festival berlangsung, tak heran jika sering terdengar pesan-pesan dari sponsor: “Berikut ini adalah hanabi persembahan dari Hitachi!”.

Dalam hanabi taikai, sekitar 10.000 sampai 30.000 kembang api diluncurkan untuk pertunjukan yang hanya berdurasi 60-90 menit saja. Danau, sungai dan beberapa resort adalah tempat yang dipilih untuk penyelenggaraan pertunjukan ini. Meskipun pertunjukkan dilakukan pada malam hari, tapi ratusan pengunjung sudah memadati lokasi pertunjukkan sejak siang hari. Bahkan ada yang rela nongkrong sejak semalam untuk ‘mencarter’ tempat-tempat yang dianggap strategis.
Untuk menonton hanabi taikai tidak dipungut biaya alias gratis. Kadang-kadang, di tempat-tempat tertentu ada area yang sudah dibatasi dengan tali dan kita harus membeli tiket untuk menempati area tersebut. Bukan hal yang aneh apabila orang-orang memesan tempat di hotel dan restoran yang menawarkan pemandangan yang bagus, satu tahun sebelum pertunjukan hanabi. Banyak juga yang menyewa yacht demi menonton pertunjukan spektakuler yang diadakan tahunan ini.

Hanabi taikai yang pertama diselenggarakan pada tahun 1733. Pada tahun sebelumnya, seluruh Jepang menderita kelaparan hebat yang mengakibatkan sekitar 900.000 orang meninggal. Pada saat itu juga, banyak orang yang meninggal di Edo akibat terserang wabah kolera dan tubuh mereka dibiarkan tergeletak di jalanan. Pemerintah pada saat itu, Shogun Toshimune, mengatur sebuah pertunjukan hanabi di sepanjang sungai Sumidagawa, Edo (sekarang Tokyo) untuk menenangkan roh orang-orang tersebut dan mengusir wabah. Ini adalah awal dari Ryogoku Hanabi Taikai (pertunjukan hanabi Ryogoku) yang terkenal.
Sekitar tahun 1879, pengenalan bahan kimia baru pembuat hanabi mulai memasuki Jepang. Hal ini sangat memungkinkan para produsen untuk mengembangkan hanabi dengan warna baru seperti merah, biru dan hijau. Dari zaman Taisho (1912-1926) hingga zaman Showa (1926-1989), banyak produsen hanabi yang muncul di seluruh Jepang. Mereka mengembangkan teknik hanabi sehingga menghasilkan berbagai variasi ledakan dan warna. Karena itu, hanabi diberi nama seperti bunga sesuai dengan bentuk ledakannya di udara, misalnya krisan, lotus, peony, dll. Perkembangan hanabi ini membuat tiap daerah memiliki ciri khas festival hanabi-nya sendiri-sendiri.

Kini Ryogoku Hanabi Takai terkenal dengan nama Sumidagawa Hanabi Taikai yaitu festival hanabi terbesar di Tokyo dimana sekitar 20.000 kembang api diluncurkan setiap tahunnya di dua tempat sepanjang sungai, yaitu di antara jembatan Sakura-Kototoi dan di antara jembatan Komagata-Umaya. Festival ini adalah pertunjukkan kompetisi antara 10 produsen hanabi -7mdari perusahaan lokal dan 3 dari perusahaan pengalaman dari wilayah lain- yang tidak pernah gagal membuat para penonton terpesona. Festival ini dikenal sangat luas hingga menyedot sekitar 900.000 penonton per tahun.
Banyak dari mereka menggunakan yukata dan happi (baju luaran untuk festival) mengingatkan pada situasi ketika zaman Edo. Setiap tahun festival ini juga dosiarkan secara live di stasiun televisi. Selain pertunjukkan kembang api, diselenggarakan pula event-event lain yang masih ‘berbau-bau’ kembang api, seperti kontes fotografi hanabi, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar