Halaman

Senin, 23 Desember 2013

Festival Setsubun



Setsubun (節分, pembagian musim) adalah nama perayaan sekaligus istilah yang digunakan di Jepang untuk hari sebelum hari pertama setiap musim. Dalam satu tahun terdapat 4 kali hari pertama setiap musim: risshun, rikka, rishū, dan rittō. Sekarang hanya digunakan untuk menyebut hari sebelum risshun (hari pertama musim semi) sekitar tanggal 3 Februari, sedangkan hari-hari setsubun yang lain sudah terlupakan.

Ada beberapa tradisi yang dilakukan pada festival ini, yaitu:

  • Melempar kacang

Kacang kedelai yang sudah disangrai matang dilempar-lemparkan ke arah pemeran "oni". Yang merupakan perlambang keinginan bebas dari penyakit dan selalu sehat sepanjang tahun. Oni korban lemparan kacang dipercaya akan lari karena kesakitan dengan dilempari kacang. Orang juga memakan kacang kedelai dalam jumlah yang sama dengan usia orang tersebut.
Kacang dilempar-lemparkan sambil mengucapkan mantera "Oni wa soto, fuku wa uchi" (Oni ke luar, keberuntungan ke dalam). Di beberapa daerah yang memiliki kuil yang dipercaya ditinggali oni, mantera dibalik menjadi "Oni wa uchi, fuku wa soto (Oni ke dalam, keberuntungan ke luar)," atau kedua-duanya diminta masuk ke dalam. Di rumah yang ditinggali orang yang memiliki nama keluarga dengan aksara kanji"Oni"(, jin) seperti "Onizuka" atau "Kitō," mantera juga tidak mengusir "Oni" ke luar.

Di sekolah-sekolah dasar, upacara melempar kacang dilakukan murid berusia 12 tahun  yang memiliki shio yang sama dengan shio untuk tahun itu. Kuil agama Buddha dan Shinto yang bekerja sama dengan taman kanak-kanak dan tempat penitipan anak mengadakan upacara melempar kacang oleh chigo (anak-anak kecil yang dirias) dan miko (pelayan wanita). Kuil besar mengadakan acara melempar kacang yang dilakukan orang terkenal. Bungkusan kacang keberuntungan dilemparkan ke tengah-tengah khalayak ramai untuk ditangkap atau dipungut.


  • Makan sushi

Di daerah Kansai terdapat tradisi makan sushi yang disebut ehōmaki. Sushi dimakan tanpa berhenti sambil menghadap ke arah mata angin tempat bersemayam dewa keberuntungan untuk tahun tersebut. Sushi dipegang dengan kedua belah tangan dan orang yang sedang makan dilarang berbicara sampai sushi habis dimakan.
Kebiasaan ini konon sudah dimulai di akhir zaman Edo atau awal zaman Meiji. Di awal zaman Showa, iklan tradisi memakan sushi di hari setsubun (marukaburi zushi) mulai dipasang pedagang sushi di Osaka agar orang mau membeli sushi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar